Gua Maria Mojosongo Solo adalah tempat ziarah umat Katolik yang terletak di wilayah Keuskupan Agung Semarang (KAS). Gua Maria ini cukup dikenal oleh umat Katolik termasuk umat dari berbagai wilayah Keuskupan di Indonesia. Gua Maria ini menjadi salah satu tempat menarik bagi peziarah untuk berdoa. Lokasinya yang berada di dalam kota memberikan kesejukan bagi mereka yang membutuhkan suasana hening untuk berdoa dan berefleksi, sejenak mengambil jarak dari rutinitas di tengah hiruk pikuk kehidupan. Suasana heningnya sangat terasa, dipadu dengan kicau burung dan suara gemercik air, cocok untuk relaksasi diri.
Letaknya tidak jauh dari pusat kota, hanya berjarak sekitar 3 km arah utara dari Kota Solo, dan hanya sekitar 15 menit dari Keraton Surakarta. Berada di Kampung Debegan RT 04/RW 05, Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Gua maria ini sempat disebut sebagai Gua Santa Perawan Maria Regina Mojosongo karena Gua Maria ini termasuk wilayah Paroki Santa Maria Regina Purbowardayan, Solo.
Gua Maria Mojosongo berkembang dengan sejarah sederhana umat dan muda mudi Katolik di wilayah itu. Lokasi yang menjadi tempat berdirinya, awalnya berupa tanah lapang belukar yang di tengahnya ditancapkan sebuah Salib besi. Di tanah yang miring tersebut dahulu digunakan sebagai tempat doa Rosario oleh umat dan muda mudi Katolik setiap malam Jumat. Sekitar tahun 1975, mulai dibangun rumah sederhana untuk tempat beristirahat dan bernaung bila hujan. Pada tahun 1980, Rm. Matius Pusposudarmo, Pr mulai menggagas tempat tersebut sebagai tempat ziarah. Dengan bantuan para penderma gagasan tersebut pun terwujud. Hingga akhirnya pada tanggal 25 Desember 1983 Gua Maria Mojosongo diresmikan oleh Uskup Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja.
Sejak Januari sampai Desember tahun 2000, setiap malam Jumat pukul 21.00 diadakan perayaan Ekaristi di Gua Maria oleh beberapa pastor dari Kevikepan Surakarta secara bergantian. Tradisi berdoa setiap malam Jumat pun terus dilestarikan. Dan sejak tahun 2001 sampai sekarang secara rutin diadakan Perayaan Ekaristi setiap malam Jumat pertama pukul 21.00.
Saat berkunjung ke Gua Maria Mojosongo, pengunjung akan disambut patung Santo Yoseph dan Bunda Maria dengan tangannya yang terbuka di gerbang masuk utama. Setelah memasuki gerbang utama, pengunjung akan langsung merasakan suasana sejuk dan teduh dari pepohonan dan taman yang tertata apik. Karena banyak pohon rindang dan tanaman, udara di area ini terasa bersih dan segar. Di area ini terdapat sendang, airnya sudah dialirkan ke kran-kran yang bisa digunakan untuk membasuh muka maupun cuci tangan dan kaki. Juga terdapat kran khusus untuk air yang bisa diminum.
Jalur jalan salib area di Gua Maria Mojosongo jaraknya cukup pendek, menyesuaikan area Gua Maria yang tidak terlalu luas, sehingga kemungkinan untuk para peziarah lansia. Jalur ini juga difasilitasi dengan jalan yang dapat dilalui kursi roda. Pada setiap perhentian, terdapat patung relief jalan salib yang cukup besar. Setelah perhentian terakhir, terdapat area doa yang berisi Salib Millenium dan patung Pieta (Bunda Maria memangku jenazah Yesus). Terdapat juga prasasti berbentuk bulat menyerupai “hosti” berukuran super besar, dengan relief bertuliskan kutipan dari Injil Yohanes “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup”.
Gua Maria Mojosongo juga memilki sudut doa “taman Getsemani”, lengkap dengan patung Yesus yang sedang berdoa. Terdapat tembok prasasti dengan relief tulisan doa “Bapa Kami” dalam berbagai Bahasa: Bahasa Indonesai, Bahasa Inggris, Bahasa Latin, dan Bahasa Jawa.
Gua Maria Mojosongo memiliki pendopo besar berlantai marmer yang dilengkapi altar untuk perayaan Ekaristi setiap malam Jumat pertama serta misa lainnya. Uniknya, pendopo tersebut disangga dengan 7 pilar besar utama di mana pada setiap pilar dihiasi dengan relief yang menggambarkan 7 sakramen dalam gereja Katolik: sakramen baptis, sakramen penguatan, sakramen tobat, sakramen Ekaristi, sakramen tobat, sakramen pengurapan orang sakit, sakramen perkawinan dan sakramen imammat/ tahbisan. Pada bagian ujung pendopo terdapat kapel adorasi sakramen maha kudus yang di dinding atas pintu masuknya tertulis “Jesus Hominum Salvator” yang berarti “Yesus Sang Juru Selamat Manusia”.
Area guanya sendiri berada di tepi bangunan pendopo. Saat memasuki pendopo, gua ini nampak cantik di sisi kiri, dengan patung Bunda Maria yang tingginya tidak lebih dari 2 meter. Kita bisa menyalakan lilin, mempersembahkan bunga atau pun berdoa di hadapan bunda Maria dalam area pendopo yang teduh, bersih dan luas.
***
Tertarik untuk mengetahui area ini lebih detail? Yuk ikuti video vlog kami saat kunjungan ini. Jangan lupa dukung channel ini https://www.youtube.com/@Kedairohani dengan menekan tombol SUBSCRIBE dan mengaktifkan loncengnya.